Karya : Rifki Aditya

Sinar mentari tepat berada di atas kepala, panasnya siap melahap siapapun yang berada di luar ruangan.
“Lumut…kamu mau bangun jam berapa?” teriak seorang ibu kepada seorang remaja yang masih meringkuk tertutup selimut. Melihat tidak mendapat respon dari sang anak , ibu langsung pergi ke kamar mandi mengambil air segayung dan  byuuurr…langsung menyiramkan air tersebut ke wajah anaknya yang dia panggil Lumut itu. Lumut yang terkena siraman air terkejut bukan main, ia langsung bangkit dari tempat tidurnya dan teriak “banjir….banjir...!!” Sang Ibu yang kesal melihat tingkah anaknya langsung menarik telinga Lumut.
“Banjir-banjir apanya yang banjir!” teriak sang Ibu. “Lihat matahari sudah tinggi dan kamu masih saja meringkuk di dalam selimut.” Ucap Ibu kepada Lumut.”
“Ampun Bu” sakit telinga Lumut bu lepasin, semalem Lumut enggak bisa tidur, baru bisa tidur habis subuh,” ucap Lumut berkilah.
“Alesannya dari kemarin sama aja, bosen Ibu dengarnya. Udah cepetan sana mandi habis itu anterin pesenan onde-onde Bu RT..” Ucap Ibu sambil meninggalkan Lumut.
Lumut, nama yang unik ditelinga itu merupakan perpaduan dari nama Jalu dan Mutia. Jalu merupakan nama dari Ayah Lumut yang sudah meninggalkan Lumut sejak Lumut masih di dalam kandungan. Jalu meninggal karena tersedak cilok yang mengakibatkan saluran nafasnya tersumbat. Sedangkan Mutia merupakan nama dari Ibu Lumut yang memiliki wajah oriental.
Saat sedang asyik melamun Ibu mencium bau sesuatu yang membuat kepalanya pusing tujuh keliling. Ia pun segera mencari sumber dari bau tersebut.
“Astagfirulloh Lumut kamu pake minyak apa sih baunya kaya gini banget,” tanya Ibu.
“Bau apa sih Bu, wangi begini seger.!”Jawab Lumut
“Hadeeh, seertinya hidung kamu memang error..!” Gumam ibu menutup hidung dengan jari-jarinya. Sementara Lumut terkekeh geli.
“Oh iya Bu, onde-onde pesenan Bu RT mana, pangeran Lumut siap untuk mengantar.” Ucap Lumut sambil menyunggingkan senyum.
“Pangeran apaan? Mana ada pangeran kerjanya males-malesan gitu, inget tahun depan udah masuk semester dua. Kemarin wali kelas kamu bilang kalau semester dua sekolah sudah mulai aktif lagi.” ucap Ibu mengingatkan.
Memang, sudah dua tahun ini pembelajaran yang biasa dilakukan di sekolah dialihkan ke rumah akibat virus Korong Korong sedang merajarela di muka bumi.
“Ibuku sayang Lumut juga sudah tahu, dan Lumut janji sama Ibu akan belajar dengan sunguh-sungguh dan lulus dengan nilai memuaskan,” ucap Lumut tersenyum lebar.
“Sudah, ibu jangan marah-marah lagi nanti cepet tua. Lumut pergi dulu ke rumah Bu RT. Assalamualaikum..”ucap Lumut pamit. Ibu Lumut berdiri mematung memperhatikan kepergian anaknya. Tak terasa bulir air mata jatuh ke pipinya. Ia gusar dengan kehidupan Lumut saat ini, sempat terbersit  jika ia pergi menyusul ayahnya Lumut, Bagaimana dengan kehidupan Lumut nanti sedangkan ia bukan  anak dari keluarga kaya raya, orang tuanya tidak bisa meninggalkan harta warisan seperti orang tua yang bergelimang harta dan uang.
Sementara itu, saat jalanan melepuh oleh terik matahari, sampah-sampah menari gelisah terbawa oleh angin, Lumut melangkah ke rumah Bu RT sambil bersiul. Di tengah perjalanan tiba-tiba saja perut Lumut terasa mulas. Kemudian Lumut mampir ke sebuah masjid besar yang berada di kampungnya, namun ketika hendak masuk kedalam toilet Lumut teringat onde-ondenya. Ia khawatir onde-onde tersebut dimakan oleh ayam yang berkeliaran sekitar masjid. Saat Lumut sedang kebingungan Alibaba datang menghampiri Lumut. 
“Mau kemana Mut? Tanya Alibaba.
“Mau ke rumah Bu RT nih, anter pesanan onde-onde,” jawab Lumut.
“Oh iya Ali kamu lagi sibuk gak? tanya Lumut.
“Enggak tuh Mut, aku juga baru pulang dari rumah Bu RT antar jahitan,” jawab Alibaba.
“Aku mau minta tolong nih.. nitip onde-onde ya.. perutku tiba-tiba mules,”Lumut meringis menahan perutnya.
“Okey, bisa…bisa.. santai saja!” jawab Alibaba.
Lumut segera pergi ke kamar mandi dan Alibaba dengan setia menjaga onde-onde milik Lumut. Lumut dan Alibaba adalah sepasang sahabat mereka memiliki kesamaan nasib yaitu sama-sama ditinggal Ayahnya sejak masih kecil. Karena kesamaan tersebut mereka berdua mengikrarkan janji persahabatan di samping pohon kencur dibawah langit  yang sedikit mendung dan gelegar petir menjadi saksi ikrar saat itu.
“Lega sekarang..” Lumut keluar dari kamar mandi masjid dan menghampiri Alibaba yang tengah asyik melamun sambil mengunyah sesuatu. Lumut mengucapkan terimakasih kepada Alibaba dan segera pergi kerumah Bu RT.
“Assalamualaikum… Bu RT!” teriak Lumut dari luar pagar rumah Bu RT.
“Waalaikumsalam…” Bu RT menjawab dan keluar dari dalam rumahnya.
“Oh Lumut mau nganter onde-onde ya, tunggu sebentar ya..” kata Bu RT lagi. Bu RT langsung menghampiri Lumut dan memberi sejumlah uang. Setelah menerima uang Lumut segera berpamitan kepada Bu RT.
Sesampainya di halaman rumah Lumut melihat ibunya sedang berjalan bulak balik sambil memegang kursi.
“Assalamualaikum Bu,” ucap Lumut.
“Waalaikumsalam, akhirnya kamu pulang juga.” ucap Ibu Lumut. Ibu Lumut langsung menghampiri Lumut dan menarik telinga Lumut.
“Kamu itu kenapa jadi orang enggak amanah, kalau lapar kamu bisa makan di rumah, enggak usah ngambil yang bukan hak kamu, mana itu pesenan orang!” omel Ibu Lumut sambil menangis.
“Maksud Ibu apa sih? Lumut enggak ngerti” ucap Lumut sambil meringis sambil mengusap-usap telinganya yang memerah.
“Enggak usah pura-pura dan jangan bohong!!” ucap Ibu Lumut sambil melepaskan tangannya dari telinga Lumut.
“Lumut beneran enggak paham Bu. Kesalahan apa yang sudah Lumut perbuat? Tanya Lumut bingung.
“Tadi Bu RT nelpon Ibu, dia bilang kalau tiap mika isi onde-onde nya tidak ada satu. Ibu sudah yakin tiap mika Ibu isi penuh dan siapa lagi yang makannya kalau bukan kamu,” ucap Ibu Lumut.
“Bu RT marah-marah sama Ibu dan minta ganti rugi, Ibu benar-benar malu.” Ucap Ibu Lumut tersedu-sedu.
“Tapi Lumut beneran enggak makan Bu, Lumut memang lapar tapi Lumut enggak ngambil onde-onde pesenan Bu RT.”
“Sudah Lumut kamu enggak perlu bohong, Ibu kecewa dengan kamu,” ucap Ibu Lumut sambil berlalu.
Lumut menjadi gusar ia sedih karena Ibunya tidak mempercayainya.
Lumut terus berpikir kemana perginya sebagian onde-onde pesenan Bu RT. Lumut pun teringat tadi onde-ondenya ia titipkan ke Alibaba dan Lumut ingat kalau tadi ia melihat Alibaba sedang mengunyah sesuatu. 
“Apa mungkin Alibaba yang makan onde-onde tersebut,” gumam Lumut di dalam hati.
Awalnya Lumut ragu-ragu untuk menanyakan hal tersebut pada Alibaba. Ia khawatir Alibaba akan tersinggung. Namun Lumut sangat penasaran. Akhirnya Lumut smemutuskan untuk pergi ke rumah Alibaba dan menanyakan perihal onde-onde tersebut.
“Assalamualaikum…” ucap Lumut.
“Waalaikumsalam,” jawab Alibaba.
“Oh Lumut mari masuk…” ajak Alibaba.
“Iya Li makasih, ada yang mau aku tanyakan ke kamu.”
“Wah kayanya penting ya, ada apa emang Mut? Serius amat..” Tanya Alibaba.
“Gini Li sebelumnya maaf ya, tadi kan aku nitip onde-onde pesenan Bu RT ke kamu. Nah onde-ondenya hilang satu Li tiap mika. Kamu tau gak ya Li, kemana perginya onde-onde tersebut?” Tanya Lumut pada Alibaba.
“Wah aku enggak tau Mut..” Jawab Alibaba.
“Kamu yakin enggak tau Li? Kembali Lumut bertanya.
“Iya Mut aku enggak tau..! Jawab Alibaba mantap.
“Tapi tadi aku lihat kamu sedang mengunyah sesuatu lho..!” Ucap Lumut.
“Ngunyah apa maksud kamu Mut? Oh kamu nuduh aku yang makan onde-onde pesenan Bu RT?” tanya Alibaba dengan nada tinggi.
“Dengar ya Lumut, aku Alibaba enggak pernah makan onde-onde pesenan Bu RT! Tega sekali kamu menuduh aku!” ucap Alibaba dengan nada tinggi.
“Maafkan aku Li, aku enggak maksud nuduh kamu tetapi aku hanya bertanya.”
“Bertanya tapi menuduh, sudahlah Lumut… lebih baik kamu pulang, daripada di sini Cuma bikin aku kesal saja..” Alibaba mengusir Lumut.
Sementara itu, Lumut sangat sedih melihat sikap Alibaba terhadapnya. Ia tidak menyangka kalau Alibaba akan semarah itu kepadanya. Lumut melangkahkan kakinya dengan gontai menuju rumahnya. Pikirannya tidak menentu. Ia terus berpikir kemana perginya onde-onde tersebut. Melihat sikap Alibaba tadi, Lumut yakin bukan Alibaba yang memakannya. Sedangkan Ibu tidak mungkin lupa mengisinya. Karena Ibu selalu mengecek dengan teliti dan berulang kali setiap ada pesenan onde-onde.
Sesampainya di Rumah Lumut kebingungan karena ibunya langsung memeluknya. Ibu Lumut menangis tersedu-sedu. Ia meminta maaf kepada anaknya karena sudah memarahinya tadi. Ibu Lumut pun menceritakan kejadian yang sebenarnya mengenai perihal hilangnya onde-onde tersebut.
Tak lama setelah Lumut pergi, Bu RT kembali menelpon Ibu Lumut dan menceritakan kejadian yang sebenarnya. Ternyata onde-onde yang hilang itu dimakan oleh Pak RT ketika Bu RT sedang asyik mengobrol dengan teman-teman arisannya. Bu RT langsung meminta maaf kepada Ibu Lumut karena sudah menuduhnya tidak jujur. Ibu Lumut juga meminta maaf kepada Lumut karena sudah menuduh Lumut. Mereka pun berpelukan sambil menangis haru. Saat teringat dengan Alibaba, Ia menjadi gusar. Ibu yang melihat perubahan sikap Lumut menanyakan  apa yang terjadi. Lalu Lumutpun menceritakan kejadian yang dialaminya dengan Alibaba. Ibu pun segera meminta Lumut untuk mendatangi rumah Alibaba dan meminta maaf atas kesalah pahaman yang terjadi.
Dan Lumut pun segera pergi ke rumah Alibaba. Namun di tengah perjalanan mereka berdua bertemu dan saling menghampiri.
“Lumut, aku mau minta maaf atas sikap aku yang begitu kasar ke kamu..” ucap Alibaba.
“Tapi beneran bukan aku yang makan onde-onde pesenan Bu RT, kalau tadi kamu lihat aku sedang mengunyah sesuatu, aku sedang makan permen.” jelas Alibaba kembali.
“Iya Ali, aku minta maaf sama kamu, karena tadi sempat mengira kamu yang makan onde-onde tersebut.” Kata Lumut lagi.
“Aku bingung ibuku tiba-tiba langsung marah dan aku tak paham kemana perginya onde-onde tersebut,” Ucap Lumut.
“Iya aku juga minta maaf udah ngusir kamu tadi. Eh tapi  kemana onde-onde itu ya? kenapa setiap mika bisa hilang satu isi onde-ondenya?” Tanya Alibaba dengan wajah penasaran.
“Hahaha… sudah tidak perlu dipikirkan, aku dan Ibu sudah tahu siapa yang memakan onde-onde tersebut,” ucap Lumut dengan wajah ceria.
“Hah… serius siapa yang makan Mut? Tanya Alibaba.
“Sudah ah, gak usah dibahas. Lebih baik kita pergi main ke lapangan yuuk..!!, ajak Lumut kepada Alibaba.
“Ha…ha…ha… okey ayo kita balap lari, yang sampai duluan harus mentraktir cilok 2000,” tantang Alibaba kepada Lumut.
“Okey… ayo cepat kejar aku..” ucap Lumut sambil berlari.
Akhirnya kesalah pahaman yang terjadi antara Ibu-Lumut dan Lumut-Alibaba dapat terselesaikan dengan baik. Mereka pun kembali akur dan hidup berbahagia. Usaha onde-onde Ibu Lumut pun semakin berkembang. Semenjak peristiwa onde-onde tersebut, Bu RT membantu Ibu Lumut mengorderkan onde-onde tersebut melalui media social yang dimiliki Bu RT. Kini, Onde-onde tersebut terkenal dengan nama onde-onde Lumut.
-TAMAT-