CIBINONG – Disaat Ujian Nasional Bebasis Komputer (UNBK) didorong untuk diberlakukan di seluruh sekolah, namun Kementerian Pendidikan malah menghapuskan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dari kurikulum. Hal ini pun menuai banyak kontroversi, dimana  pelajaran TIK dianggap masih sangat relevan dalam menunjang siswa guna menghadapi UNBK tersebut.

Tak hanya dipertanyakan oleh para pendidik, kebijakan tersebut juga mendapat kritik dari Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Bogor, TB. A. Luthfi Syam. Menurutnya kebijakan Kementerian Pendidikan tersebut tidak sejalan dengan kebijakan penerapan UNBK di sekolah – sekolah.

“Seharusnya Kementerian juga membuat policy itu linier, maksudnya tahun ini kan sebetulnya kita diminta UNBK tapi ada kebijakan yang tidak linier seperti misalkan, dari mulai tahun kemarin mata pelajaran teknologi informasi dihapus, ini kan tidak linier sebetulnya,” ujar Luthfi.

Ia pun mengaku tidak mengetahui maksud dari kebijakan penghapusan mata pelajaran TIK tersebut. “Saya tidak tahu apa urgensinya sampai teknologi informasi itu dihapus bukan lagi menjadi mata pelajaran,” katanya.

Tak hanya soal penghapusan mata pelajaran TIK, Luthfi juga mengkritisi soal kebijakan penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk buku pelajaran. Ia mengungkapkan, dana BOS lebih baik digunakan untuk kepentingan pengadaan sarana prasarana komputer di sekolah – sekolah demi menunjang siswa belajar melalui sarana buku elektronik atau ebook.

“Sebetulnya andaikata pemerintah daerah juga belum dapat memenuhi semua sarana komputer di sekolah kita berharap dari BOS, tapi kebijakannya tahun ini 20 persen BOS untuk beli buku, coba kalau beli komputer kan bisa juga belajar secara ebook, ini soal kebijakan tidak linier,” tandasnya.

Menyoal terselenggaranya UNBK di Kabupaten Bogor, Luthfi menjelaskan, ketersediaan sarana dan prasarana penunjang masih menjadi kendala terselenggaranya UNBK di Kabupaten Bogor. “Cuma memang kan SMP kita juga banyak yang di pedalaman ini problemnya ada di sarana dan prasarana, sarana dan prasarananya itu dalam artian komputer dan jaringan, banyak SMP kita yang tidak tersentuh fiber optic dan lain sebagainya,” jelasnya.

Lebih lanjut Luthfi menyatakan, untuk SMP yang berada di wilayah dengan akses yang baik saat ini telah seluruhnya melakukan UNBK. “Memang sekolah – sekolah kita yang di perkotaan yang berdekatan dengan SMA dan SMK itu sekarang semua UNBK, kira – kira populasi yang ikut 27 ribuan lebih,” imbuhnya. (ARI/Disdik Kab. Bogor)