LEUWILIANG - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Republik Indonesia, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P mengatakan, saat ini Pemerintah Pusat tengah meningkatkan standarisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan memperbaiki kurikulum pendidikan SMK menjadi 70 persen pada dunia usaha serta 30 persen di sekolah.
Secara bertahap, SMK yang ada di Indonesia akan ditingkatkan kualifikasinya sehingga sekolah melekat dalam dunia industri dan dunia usaha. “Artinya standar produksi tidak lagi produk latihan tetapi produksi berstandar industri,” kata Muhadjir saat meresmikan gedung baru SMKN 1 Leuwiliang, Rabu (12/7) lalu.
Muhadjir menambahkan, dalam mencapai standar tersebut, kedepannya pengajar SMK dapat berasal dari kalangan non guru. “Guru sekolah SMK nantinya tidak harus dari sekolah pendidikan guru, namun bisa dari karyawan yang mendapatkan serfikasi untuk mengajar dan pelatih karena mereka masuk dalam training untuk mendapatkan sertifikasi training untuk mengajar,” tambahya.
Sementara itu, Bupati Bogor, Nurhayanti mengungkapkan, kondisi pendidikan menengah di Kabupaten Bogor masih memerlukan penanganan yang lebih serius, dari data terakhir angka partisipasi sekolah pada tahun ajaran 2016/2017, capaian Angka Partisipasi Kasar / Angka Partisipasi Murni (APK/APM) pada jenjang pendidikan menengah masin masing sebesar 64,87 persen dan 46,77 persen.
“Kontribusi SMK yang ada di Kabupaten Bogor sebesar 26,68 persen,” ungkap Bupati.
Bupati pun menyatakan, sudah sepatutnya kini para siswa SMK harus ditingkatkan kualifikasinya guna menghadapi tantangan di dunia kerja. Terlebih lagi siswa SMK ini disiapkan untuk langsung menghadapi dunia kerja saat lulus sekolah.
“Siswa SMK dipersiapkan untuk menghadapi tantangan implementasi ilmu terapan yang bersifat aplikatif serta kesempatan magang perusahaan perusahaan dan lembaga yang berdaya saing dalam skala Nasional dan bahkan internasional,” ujarnya. (ARI/Disdik Kab. Bogor)